Psikologi Cinta
doni septu 09/11/2012 1


abstrak

Kebanyakan orang memiliki pendapat bahwa cinta itu sesuatu yang alami dan tidak bisa dipelajari. Ini adalah sebuah prinsip kuno yang sudah usang. Memang betul, perasaan dan emosi yang timbul ketika tertarik dengan lawan jenis adalah sebuah proses yang alamiah, tapi proses itu pun sudah bisa dijelaskan secara ilmiah.

Sekedar tertarik saja TIDAK CUKUP! Hanya karena Anda merasa deg-degan ketika melihat wanita yang menjadi minat Anda, bukan berarti PROSES untuk mendapatkannya akan terjadi begitu saja. Untuk bisa membuatnya jatuh cinta dan menjadi kekasih Anda, jelas membutuhkan keahlian yang spesifik! Untuk memulai dan menjalin hubungan cinta diperlukan bukan hanya perasaan saja, tapi juga mencakup begitu banyak hal: penampilan, komunikasi, bahasa tubuh, psikologi, pergaulan sosial, dan sebagainya. Hal-hal tersebut jelas merupakan keahlian yang bisa dipelajari, bahkan beberapa bidang, seperti psikologi, bisa dipelajari secara akademis. Jadi, apakah cinta bisa dipelajari? Ya!

Justru akibat pola pikir ‘cinta itu alami dan terjadi begitu saja’ yang menyebabkan banyak sekali orang yang terjebak dalam permasalahan cinta dan hubungan yang pelik tanpa mengerti cara menemukan solusinya. Hal ini bisa Anda ukur secara sederhana dari data statistik perceraian yang makin tinggi setiap tahunnya. Begitu banyak orang mengalami penderitaan dan kekecewaan, semuanya atas nama cinta.


Karena itu, MEMPELAJARI cinta dan semua aspeknya dengan baik sangat KRUSIAL untuk menciptakan hubungan cinta yang lebih sehat, ideal, dan menyenangkan bagi kedua belah pihak yang terlibat di dalamnya.


Antara Cinta dan Romansa
Untuk memudahkan penjelasan, mari kita mendefinisikan cinta dan romansa secara sederhana. Cinta adalah PERASAAN yang timbul di hati, sebuah proses psikologis yang melibatkan emosi pribadi, sifatnya personal dan tidak melibatkan orang lain. Kata kucinya adalah: PERASAAN DAN EMOSI PRIBADI. Sedangkan romansa adalah PROSES interaksi sosial antara dua insan yang saling tertarik satu sama lain. Baik ketika masih PDKT, ataupun ketika sudah menjadi sepasang kekasih. Kata kuncinya adalah: INTERAKSI SOSIAL. Tidak ada interaksi, maka TIDAK BISA disebut romansa. Ngeliatin wanita dari jauh sambil ngarep, itu BUKAN romansa, apalagi cinta.
Dari definisi sederhana di atas, kita bisa melihat bahwa cinta tidak harus ada dalam sebuah hubungan romansa

Jadi Apa Itu Cinta?

Bayangkan skenario berikut ini: Anda sangat menyukai motor balap dan bermimpi untuk membelinya suatu saat. Jadi Anda mulai menabung, bahkan sampai sering lembur larut malam demi mendapatkan penghasilan lebih. Setelah cukup lama menabung akhirnya Anda bisa membeli motor balap yang Anda idam-idamkan.

Bayangkan perasaan Anda ketika mengendarai motor tersebut pulang ke rumah, bahagia bukan main! Anda merawat motor tersebut dengan sangat baik, mencucinya dengan hati-hati, rutin ke bengkel, tidak mengijinkan siapapun untuk mengendarainya, dan sangat emosional bila motor tersebut lecet atau menabrak sesuatu. Anda MENCINTAI motor Anda.

Satu hal yang harus disadari, Anda TIDAK MUNGKIN mencintai motor Anda sedemikian rupa apabila Anda BELUM memilikinya. Anda mencintai motor tersebut karena Anda telah menginvestasikan begitu banyak hal: waktu, tenaga, dan uang. Semua investasi tersebut hanya bisa dilakukan setelah Anda membeli dan MEMILIKI motor itu. Anda TIDAK MUNGKIN mencintai dan merawat motor yang masih berada di showroom! Kalau Anda hanya bisa melihat dari balik etalase dan berkhayal untuk memiliki motor tersebut, itu bukan cinta. Itu NGAREP!

Coba ganti skenario motor balap ini dengan wanita. Prinsipnya sama saja. Semakin besar investasi Anda pada suatu hal, semakin Anda mencintai hal tersebut.


Mungkin Anda protes, “Kok orang disamakan dengan motor?” Baik itu orang, motor, atau apapun, proses psikologis yang terjadi adalah sama. Anda ngidam makan es krim Magnum atau Anda ngebet ingin pacaran dengan seorang wanita, proses yang terjadi di otak Anda adalah SAMA! Keinginan adalah keinginan, apapun obyeknya. Begitupula dengan cinta.

Cinta Adalah Hasil, Bukan Penyebab

Anda mencintai wanita yang SUDAH menjadi kekasih Anda, bukan karena Anda mencintai dirinya lalu menjadikannya kekasih Anda. Dalam tahap PDKT, proses yang terjadi hanyalah ketertarikan fisik dan interaksi sosial. Sama sekali tidak ada unsur cinta di dalamnya, karena dia belum jadi milik Anda. Ketika Anda dan dia sudah SALING MEMILIKI dalam sebuah hubungan yang serius, akan ada banyak investasi yang Anda berikan untuk hubungan tersebut. Investasi waktu, tenaga, perasaan, emosi, dan uang. Di situlah cinta TUMBUH.

Kalimat 'cinta tidak harus memiliki' itu sebuah penghiburan diri belaka bagi orang-orang yang ngarep dan hanya mampu berharap untuk memiliki. Bukan berarti cinta itu HARUS memiliki, tapi cinta ada KARENA memiliki.

Mungkin Anda bertanya, "Lalu bagaimana dengan yang putus cinta? Apakah masih ada cinta di antara mereka?" Ya, masih. Karena mereka pernah saling memiliki. Setidaknya, ketika putus cinta, Anda masih memiliki KENANGAN akan cinta. Malah biasanya, orang yang mengalami putus cinta sebenarnya MENCINTAI KENANGAN tersebut, bukan sang mantan.
Penting bagi Anda untuk menyadari bahwa Anda hanya bisa mencintai sesuatu yang SUDAH ANDA MILIKI. Dalam konteks romansa, jelas maksudnya adalah Anda dan dia sudah menjadi sepasang kekasih dan MEMILIKI hubungan. Anda tidak perlu membuang-buang terlalu banyak investasi waktu, tenaga, emosi, dan uang untuk seorang wanita yang masih berstatus gebetan. 

Tidak usah mengatakan cinta pada wanita yang masih gebetan dan belum menjadi kekasih Anda. Karena itu akan sangat membebani Anda dan dirinya. Silakan bicara cinta kalau Anda sudah jadian. Bila hubungan itu ibarat pohon, maka pria adalah matahari yang menyinari dan wanita adalah air yang menyirami, dan cinta adalah buah manis yang dihasilkan pohon tersebut.

Tiga Fase Romansa
Tidak banyak orang yang menyadari bahwa sebenarnya ada TIGA FASE dalam romansa. Setiap fase memiliki aturan, pola, dan cara berinteraksi yang berbeda:
PRE-RELATIONSHIP: Fase pendekatan (PDKT). Di fase ini unsur cinta sama sekali tidak memegang peranan karena hubungan antara kedua pihak masih belum terbentuk jelas. Pada fase ini yang ada hanyalah daya tarik fisik, komunikasi sosial, dan saling menjajaki kemungkinan. Terlalu cepat kalau Anda berbicara soal cinta di fase ini, karena segala sesuatunya masih belum pasti. Dengan membawa cinta ke dalam fase ini, Anda mengambil resiko yang cukup besar. Analogi bisnisnya, PDKT adalah masa promosi untuk menarik pembeli. Bisa deal, bisa tidak.


IN-RELATIONSHIP: Fase hubungan serius/pacaran. Pada fase ini unsur cinta memegang peranan penting. Cara Anda berinteraksi dengan kekasih Anda pun akan berbeda dibanding fase PDKT. Ini adalah fase saling mengenal kepribadian masing-masing secara mendalam, terlebih lagi ditambah dengan konflik-konflik yang akan muncul. Silakan berbicara mengenai cinta, pengorbanan, ketulusan, dan sebagainya, kalau Anda sudah berada di dalam fase ini. Analogi bisnisnya, setelah menjadi pembeli maka baru Anda memberikan pelayanan yang maksimal bagi kostumer Anda.
POST-RELATIONSHIP: Fase putus cinta. Bagi Anda yang sudah pernah mengalami fase ini pasti mengerti, bahwa setelah putus cinta masih akan ada begitu banyak konflik yang muncul. Konflik dengan diri sendiri maupun konflik dengan mantan kekasih Anda. Fase ini berfokus pada mengendalikan diri, emosi dan meminimalisir konsekuensi kerusakan yang mungkin terjadi dalam hidup Anda serta mempersiapkan diri untuk mendapatkan cinta kembali dengan kekasih baru. Analogi bisnisnya, bila kostumer Anda tidak lagi berminat membeli produk Anda, maka harus dilakukan evaluasi agar jangan sampai hal tersebut terulang lagi di masa depan.

TIGA FASE ROMANSA
PRE-RELATIONSHIP
IN-RELATIONSHIP:
POST-RELATIONSHIP


Rahasia Romansa
Banyak orang mengalami kegagalan dan kekecewaan karena TIDAK MENYADARI adanya ketiga fase di atas. Ini mengakibatkan Anda melakukan hal-hal yang sebenarnya baik, tapi tidak sesuai pada TEPAT dan WAKTUNYA, membuat strategi Anda jadi meleset dan tidak efektif.

Contoh: kebanyakan pria biasa menghabiskan banyak uang dan waktu untuk PDKT, padahal dalam tahap pre-relationship sang wanita belum layak untuk menerima segitu banyak investasi dari Anda. Nanti kalau dia sudah menjadi kekasih Anda, maka silakan memanjakannya sesuka Anda, karena toh dia sudah jadi milik Anda.

Dari AyuCherry
Anda sedang membaca Artikel: Psikologi Cinta
Kontributor: doni septu Jika anda suka artikel ini silakan di sebarkan atau cukup like FunPage kami terima kasih Rating Blog: 5 dari 5

Kode HTML:

Dapatkan Update Via Emile :
(periksa emile anda dan verifikasi)
Hide Comments
Show 1 Comments

Terimakasih atas kunjungan anda